Sabtu, 25 Oktober 2008

Massage Untuk Mencegah Decubitus

Peningkatan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang sangat lemah dan pasien yang lumpuh dalam waktu lama akan beresiko tinggi memunculkan dekubitus pada pasien tersebut yang merupakan penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Adapun hal lain yang menunjang dekubitus sebagai penyakit yang harus dicegah perkembangannya yaitu biaya tinggi akibat penyembuhan luka, lamanya waktu hospitalisasi yang akan dilalui oleh pasien, dan yang terburuk adalah pasien meninggal akibat septicemia.
Penelitian menunjukkan bahwa 6,5-9,4 % dari populasi umum orang dewasa dirawat di rumah sakit, menderita paling sedikit satu dekubitus pada setiap kali masuk rumah sakit. Pada populasi pasien lanjut usia yang dirawat di rumah sakit, insidens dekubitus dapat menjadi jauh lebih tinggi. Meskipun pencegahan dan pengobatan dekubitus telah diteliti secara luas lebih dari 30 tahun terakhir ini, hanya terdapat sedikit bukti yang menunjukkan adanya penurunan insiden dekubitus atau adanya suatu perbaikan dalam pengobatannya.
Massage merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah dekubitus, akan tetapi belum terbukti pengaruhnya bagi pencegahan penyakit tersebut.

Kecemasan Ibu Primipara

Selama dua dekade terakhir perhatian terhadap aspek psikis (ansietas) pada persalinan meningkat seperti halnya terhadap keadaan fisik. Tidak ada keraguan lagi bahwa aspek emosi pasien mempunyai pengaruh terhadap proses persalinan. Berbagai sumber ansietas antara lain adanya ketakutan yang pada bentuk lahirnya bisa tampak atau tersembunyi, ambivalensi (dua perasaan yang bertentangan) dalam bentuk permusuhan terhadap janin karena telah menyebabkan tubuhnya tidak sedap dipandang, tidak menyenangkan dan mengancam seksualitas atau keamanannya dan perasaan khawatir kehamilannya akan mengganggu hubungan pasien dengan suami, keluarga atau dokter.
Pasien hamil dengan ansietas cenderung melahirkan bayi yang lebih kecil. Pasien yang selama kehamilan mengalami ansietas, sering dihubungkan dengan meningkatnya kelainan kehamilan termasuk kematian janin dalam rahim. Menurut Thompson bahwa kejadian ansietas pada persalinan primigravida sekitar 67%, sedangkan Klein, Potter dan Dyk mengatakan bahwa kejadian ansietas mencapai 100%.Secara umum kejadian ansietas pada persalinan minimal terdapat pada 75% kasus.
Bukti-bukti di atas menunjukkan akan pentingnya suatu pendekatan yang efektif, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, serta di dukung oleh data yang akurat untuk mengatasi masalah kematian ibu dan bayi baru lahir. Pendekatan ini antara lain dengan melakukan penelitian mengenai hubungan kecemasan pada ibu yang dalam proses persalinan.

Dukungan keluarga Terhadap Ibu Primipara

Hidup sehat seorang calon manusia baru dimulai sejak terjadinya pembuahan, kehamilan sampai pada proses melahirkan. Meskipun masyarakat dan budaya kita telah banyak berubah sejak beberapa tahun terakhir, begitu pula cara-cara perawatan ibu pra dan pasca melahirkan berubah, namun proses melahirkan secara alami itu sendiri tidak berubah sejak dahulu. Tidak ada kelahiran yang lebih indah daripada kelahiran seorang bayi, namun tidak ada peran yang lebih baik daripada peran orang tua dan tentu juga bayi itu sendiri.
Bagi ibu yang melahirkan, masa sembilan bulan yang berakhir dengan lahirnya bayi, merupakan saat yang luar biasa, yang dinantikan sekaligus dicemaskan. Lamanya tinggal di rumah sakit setelah melahirkan berbeda-beda mulai dari satu atau dua hari setelah melahirkan melalui vagina kecuali jika ada alasan medis untuk tinggal lebih lama. Rentang waktu kehamilan, persalinan dan hari-hari pertama kehadiran bayi memperlihatkan beberapa tantangan. Hal yang biasanya mudah, kini penuh dengan ketidakpastian. Kadang-kadang banyak orangtua yang mengantisipasi kelahiran anaknya dengan kesenangan, sering mereka tidak mempersiapkan perubahan-perubahan yang terjadi.
Laporan Badan Pusat StatiStik (BPS) tahun 2005 menyebutkan angka kematian ibu secara nasional sebesar 262 per 100 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi dari negara tetangga terdekat seperti Thailand (129/100 ribu), Malaysia (39/100 ribu) dan Singapura (6/100 ribu)
Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan antara lain oleh infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir. Hal tersebut diatas salah satunya terjadi karena ibu belum siap menjadi orangtua..
Menurut Singgih, Kondisi fisik diartikan karena ketidaksiapan si ibu melakukan perawatan bayi tersebut, baik secara material maupun immaterial. Dari tinjauan mental misalnya perkawinan terlalu muda, tidak adanya kesepakatan dengan si ayah bayi, dan perwakinan terpaksa. Sedang faktor sosialnya karena lingkungan tidak menghendaki kehadiran bayi tersebut. Bisa jadi, karena perkawinan yang tidak disetujui orang tua atau lingkungan yang lebih besar dalam hal ini sosial budaya tidak bisa menerima bayi tersebut. Selama ibu menjalani kehamilan harus mendapat dukungan baik dari suami, orangtua dan orang-orang terdekatnya. Dukungan ini akan membuat ibu mendapatkan suasana nyaman, terutama menjelang kelahiran bayi dan untuk kesiapan ibu merawat bayi.

Kecemasan Orang Tua anak yang dirawat di RS

Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh stres baik bagi anak maupun keluarganya. Stressor bagi keluarga dapat berupa rasa takut, cemas, bersalah, tidak percaya bila anak sakit, dan frustasi. Untuk mengatasi stres akibat hospitalisasi, maka perawat sebaiknya melakukan asuhan keperawatan secara comprehensive melalui pendekatan proses keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosis masalah, rencana tindakan, tindakan sampai evaluasi.
Dalam praktik keperawatan komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien, sehingga komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapeutik merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain, mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung pada proses komunikasi.

Perawat di Pelayanan Kesehatan Jiwa

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang turut mengusahakan tercapainya tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka keperawatan berupaya untuk memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat kompleks kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan masalah kesehatan yang sering terjadi diberbagai tatanan kehidupan manusia.
Implementasi perkembangan keperawatan di Indonesia menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi di pengaruhi oleh berbagai perubahan yang cepat sebagai akibat tekanan globalisasi juga menyentuh perkembangan keperawatan profesional, juga semakin meningkatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan akibat kondisi sosial ekonomi yang semakin baik, termasuk latar belakang pendidikan yang semakin tinggi yang berdampak pada tuntutan pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas.
Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Perawat jiwa dalam bekerja memberikan stimulus konstruktif kepada sistem klien (individu, keluarga, kelompok dan komunitas). Dan membantu berespon secara konstruktif sehingga klien belajar cara penyelesaian masalah. Selain menggunakan diri sendiri secara terapeutik, perawat juga menggunakan terapi modalitas dan komunikasi terapeutik.
Hasil penelitian WHO-Dep.Kes pada tahun 1997 antara lain menyebutkan bahwa rata-rata lebih dari 70% perawat tidak mempersiapkan diri mereka sendiri secara adekuat dalam melakukan keterampilan klinik. Disamping itu lebih dari separuh perawat tidak pernah mengikuti pelatihan keperawatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir serta beban kerja perawat yang berlebihan dalam melaksanakan tugas-tugas rutin dan tambahan.

Rabu, 10 September 2008

Ukur Kemampuan Seks Perempuan Lewat Cara Jalannya

Pernahkah Anda memperhatikan cara jalan perempuan? Ternyata cara jalan mereka berhubungan dengan kemampuan orgasmenya lho! Sebuah penelitian membuktikannya.

Sebuah tim yang dipimpin oleh Stuart Brody dari Universitas West Scotland dan bekerja sama dengan beberapa perwakilan dari Belgia mengadakan sebuah penelitian.

Penelitian dilakukan dengan mengamati dan merekam cara jalan 16 mahasiswi asal Belgia. Tak hanya itu ke 16 mahasiswi tadi kemudian disodorkan beberapa pertanyaan mengenai kehidupan seks mereka, seperti dikutip detikhot dari eurekalert, Rabu (10/9/2008).

Cara jalan tersebut kemudian di bandingkan dengan jawaban ke 16 perempuan tadi. Dalam penelitian ditemukan bahwa perempuan yang cara jalannya tegap, dengan kaki lurus, serta ada gerakan memutar di panggul dan tulang belakang (bak cara jalan seorang model di atas catwalk. red ) menunjukkan bahwa perempuan itu memiliki sejarah orgasme yang baik. Perempuan-perempuan tadi juga tidak memiliki trauma dalam hal bercinta. Cara jalan mereka menunjukkan keterbukaan dan kebebasan.

Sedangkan cara jalan perempuan yang terlihat aneh ternyata berhubungan dengan pengalaman seks masa lalunya. Rangsangan pada dinding vagina seorang perempuan dapat mempengaruhi cara jalannya. Selain itu cara jalan perempuan juga menunjukkan rasa percaya dirinya, termasuk dalam hal bercinta.

Merokok Lebih Berbahaya Bagi Perempuan

Efek negatif dari kebiasaan merokok telah banyak menjadi pembicaraan. Namun tahukah Anda, bahwa efek itu lebih berbahaya bagi perempuan?

Bagi perempuan, risiko terkena serangan jantung karena kebiasaan merokok lebih besar dari laki-laki. Hal ini dibuktikan oleh peneliti asal Norwegia. data ini diambil dari 1.784 pasien jantung di rumah sakit Norwegia.

Dikutip detikhot dari health24, Senin (8/9/2008), dalam penelitian itu dibuktikan bahwa perempuan yang merokok biasanya berisiko mengalami serangan jantung 14 tahun lebih cepat dari perempuan yang tidak merokok.

Berbeda dengan perempuan, laki-laki yang merokok memiliki risiko 8 tahun lebih cepat mengalami serangan jantung dibanding laki-laki yang tidak merokok.

Tak hanya itu, perempuan yang merokok juga mengalami beberapa kerugian lain, seperti mengalami menopause lebih cepat, dan sejumlah kerugian lainnya. Walaupun begitu, baik laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki risiko dan kerugian karena kebiasaan merokoknya.

Jadi tunggu apa lagi? Matikan rokok Anda sekarang!

Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Phlebitis

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan Kesehatan harus peka terhadap perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam masyarakat yaitu tuntutan pelayanan rumah sakit yang berkualitas tinggi. Sebagai salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit yang bermutu adalah rendahnya angka kejadian infeksi dan nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diakibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan. Infeksi berhubungan dengan prosedur diagnostik atau prosedur teraupetik, dan sering memanjangkan waktu tinggal di rumah sakit, sehingga biaya perawatan pasien turut pula meningkat.Salah satu prosedur terupetik yang menyebabkan timbulnya infeksi pembuluh darah vena pada umumnya berhubungan dengan prosedur pemasangan infus.
Dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit, setiap tahun sekitar 50% pasien mendapatkan terapi intavena.Tindakan pemasangan infus bisa menimbulkan beberapa resiko jika tidak dilakukan secara benar dan salah satu efek yang timbul dari pemasangan adalah phlebitis.
Sejumlah faktor yang dapat mengontribusi terjadinya infeksi nosokomial faktor-faktor resiko terjadinya phlebitis adalah tindakan pemasangan infus, lama pemasangan, pilihan vena, jenis cairan (cairan hipertonik) dan pemilihan jarum. Dan salah satunya adalah tindakan pemasangan infus adalah merupakan faktor yang dapat mengkontribusi penyebaran migroorganisme.
Phlebitis (Inflamasi Vena) merupakan salah satu komplikasi pada terapi cairan intra vena. Phlebitis merupakan salah satu radang akut dimana merupakan respon langsung dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel.

Anak dan Nyeri

Nyeri adalah pengalaman subjektif yang meliputi komponen sensorik maupun subjektif yang meliputi komponen sensorik maupun emosional. Karenanya intensitas pengalaman nyeri dan mekanisme untuk mengatasinya bervariasi antar individu. Namun, ketidakmampuan penderita pediatri, untuk dengan jelas mengkomunikasikan pengalaman nyeri telah menimbulkan mitos social yang kompleks dan kesalahan secara medis yang mengakibatkan kurang cukupnya terapi nyeri pada anak (Behrman,2000). Nyeri tidak bisa dihindarkan, kehidupan tidak lepas dari nyeri. Orang harus belajar hidup dari nyeri, mengontrolnya, daripada dikontrol oleh nyeri. Orang dewasa dan anak-anak yang mengalami nyeri merasa tubuh dan kehidupan mereka diluar kontrol. Usaha harus dibuat untuk memberikan pilihan atau kontrol selama nyeri. (Carpenito,1998).
Langkah pertama program manajemen nyeri komprehensif adalah evaluasi kebutuhan perorangan penderita. Harus dilakukan pendidikan sesuai umur dengan diskusi mengenai perencanaan perawatan yang diusulkan atau setiap tindakan yang direncanakan. Dengan mengijinkan penderita untuk berpartisipasi dan terlibat dalam pemilihan rencana terapi sejauh mungkin, keyakinan diri dan kerjasama penderita dari hampir semua usia dapat ditingkatkan (Behrman,2000). Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri anak salah satunya adalah melakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu mengatasi nyeri karena teknik seperti distraksi dapat membuat nyeri dapat lebih ditoleransi (Wong, 2003).
Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti reaksi terhadap tindakan yang sangat menyakitkan (Nursalam, Susilaningrum dan Utami, 2005). Banyak studi mencatat bahwa ketika orang dewasa dan anak-anak dan menjalani pembedahan yang sama, anak-anak tidak memerlukan obat analgesik (Eland &Anderson, 1977;Beyer,1983 dalam Carpenito,1998) . Studi dari Andrea Windich-Biermeier, RN yang mengevaluasi efek distraksi yang dipilih sendiri oleh anak yang mendapat prosedur invasive menunjukkan efek penurunan nyeri yang signifikan (www.jpo.sagepub.com).

Gangguan orientasi realita

Gangguan orientasi realita adalah ketidak mampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal (seperti perasaan dan sensasi somatik) dengan rangsangan eksternal (seperti iklim, bunyi, situasi alam sekitar), tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan, klien tidak mampu memberikan respons secara akurat. Biasanya disebabkan fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial ditandai dengan adanya gangguan daya ingat, disorientasi, inkoheren, salah persepsi, penurunan perhatian serta sukar berpikir secara logis. Gangguan ini membuat individu berada dalam kebingungan, tidak mampu memahami suatu pengalaman dan tidak mampu menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian lampau. Gangguan orientasi realita umumnya ditemukan pada klien skizofrenia dan psikotik lain.

Infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, terbukti dari banyaknya laporan tentang kejadian infeksi nosokomial di rumah-rumah sakit, baik di luar maupun di dalam negeri, dengan konsekwensi meningkatnya angka kesakitan dan kematian (Lubis,2003).
Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin meningkat terlebih lagi dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang telah dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam keadaan yang semakin parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti pasien dapat memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan berarti daya tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami berbagai tindakan invasif yang akan memudahkan masuknya mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial. Mutu pelayanan di Rumah Sakit dapat berpengaruh karena pasien bertambah sakit akibat infeksi nosokomial. (www.infeksi.com).Bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien. Beberapa kejadian Infeksi Nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit (Depkes RI,2006).
Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit tersebut. Berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien (Martono,www. inna-ppni.or.id).
Di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat – 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat (www.spiritia.com). Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pejamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu. Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung. Di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. Dengan berbekal pengetahuan tentang patogenesis infeksi yang meliputi interaksi mikroorganisme dan pejamu, serta cara transmisi atau penularan infeksi, dan dengan kemampuan memutuskan interaksi antara mikroorganisme dan pejamu maka segala kemampuan memutuskan interaksi antara mikoorganisme dan pejamu, maka segala bentuk infeksi dapat dicegah (www.infeksi.com).
Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang sangat berbahaya, dalam artian rawan, untuk terjadi infeksi. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan mencegah infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan, karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Martono,www. inna-ppni.or.id).
Salah satu dari mekanisme pengendalian infeksi nosokomial yang paling penting yang telah ditunjukkan adalah pencucian tangan. Bagaimanapun, berbagai studi telah menunjukkan bahwa staf unit perawatan kritis sering kali melupakan arti penting dari prosedur ini (Hudak dan Gallo, 1996). Dasar Kewaspadaan Universal adalah salah satunya dengan cuci tangan secara benar.

mesti diperhatikan

Pada anak, bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang sebenarnya telah dimulai sejak masa bayi. Tahap bicara ini justru mesti diperhatikan sedini mungkin, Karena pada tahap ini dapat dijadikan parameter ada atau tidak gangguan perkembangan pada seorang anak. Tahap-tahap perkembangan lain seperti motor kasar-halus, sosialisasi/interaksi tentu saja mempunyai peranan penting dalam menentukan optimal atau tidaknya perkembangan anak.
Teori Piaget, perkembangan anak dalam arti tahap tumbuh kembang adalah berada di usia 2-3 tahun yang dicirikan dengan munculnya kemampuan motorik dan awal dari proses sosialiasi dengan lingkungan. (Mussen, 2001.) Pada usia 2-3 tahun yang merupakan tahap praoperasional. Anak berusaha menguasai simbol-simbol, kata-kata dan mampu mengungkapkan pengalamannya, meskipun tidak logis (pra-logis). Pada saat ini anak bersifat ego centris, melihat sesuatu dari dirinya (perception centration), yaitu melihat sesuatu dari satu ciri, sedangkan ciri lainnya diabaikan. Tahap ini adalah awal dimana anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, objek-objek, dan orang-orang yang dekat dengannya. Penggunaan bahasa disertai ungkapan-ungkapan emosi seperti ekspresi wajah dan sebagainya mulai ditunjukkan pada tahap ini untuk menunjukkan apa yang dikehendaki dan apa yang dirasakan untuk disampaikan kepada orang atau objek yang ada di sekitarnya. Tahap perkembangan komunikasi ini merupakan tahap penting, sebagai permulaan di dalam merangsang kemampuan komunikasi anak di masa besarnya. Stimulus-stimulus yang dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi mutlak diperlukan (Hidayat,2005).

Pengawasan pengobatan penderita TB Paru

Pengawasan pengobatan penderita TB Paru sebaiknya mengikut sertakan keluarga sebagai pengawas pengobatan, agar penderita dapat berobat secara kontinue untuk menjamin kesembuhan, mencegah resistensi, keteraturan pengobatan dan mencegah drop out/lalai perlu diadakan pengawasan dan pengendalian pengobatan dengan pendekatan DOTS oleh pengawas pengobatan setiap hari.
Dalam Pokok-Pokok Strategi Baru Pemberantasan TB Paru juga disebutkan keteraturan berobat termasuk salah satu strategi. Pengawasan langsung keteraturan berobat (DOTS : Directly Observed Treatment Short- Course) oleh petugas kesehatan atau keluarganya.

Kenakalan Remaja

Di Indonesia masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi-kondisi ini memberikan dorongan kuat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti kelompok edukatif di lingkungan sekolah, kelompok hakim dan jaksa di bidang penyuluhan dan penegakan kehidupan kelompok. faktor lain yang tidak dapat dikesampingkan pula adalah peranan masyarakat dan keluarga di dalam menunjang hal ini. (Sudarsono, 2004 dalam Aviv Sangki,2008)
Fenomena kenakalan remaja, kejahatan anak-anak (populer : Juvenile delinquency) di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang sangat mengkhawatirkan. Banyaknya peristiwa tawuran pelajar, pencurian, pemerasan, narkoba, seks bebas, miras, bolos sekolah, dan perilaku-perilaku menyimpang lain menunjukkan bukti betapa Juvenile delinquency perlu mendapat perhatian serius dari semua kalangan. Masa remaja adalah masa yang khusus, masa penuh gejolak, masa pertumbuhan fisik yang khas, dan sering terjadi ketidakseimbangan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan berfikir, bahwa emosi , dan sosial anak. Masa remaja seringkali juga disebut masa pencarian identitas dan jati diri, oleh karena itu seringkali terjadi ketidakstabilan. (www.madiunkab.go.id.)
Masa remaja adalah masa transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh kebergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini bergantung kepada keadaan dan tingkat social masyarakat dimana ia hidup (Willis, 2005 dalam Aviv Sangki,2008) ).
Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Penyalahgunaan/ ketergantungan NAZA (Narkotik, Alkohol, dan Zat adiktif) Jenis alkohol ini dapat menimbulkan gangguan mental organik yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, berperasaan dan berperilaku, disebabkan reaksi langsung alkohol pada neuro-transmitter sel-sel saraf pusat otak. Dengan sifat adiktifnya itu maka orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa disadari akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan (Intoksikasi) mabuk. (Hawari, 2006)
Hampir setiap orang dapat menjadi orang yang hidupnya bergantung (dependent) kepeda obot-obatan, khusunya pada alkohol. Kecanduan biasanya terjadi jikalau orang yang bersangkutan terus menerus membiasakan minum minuman keras dalam takaran yang tinggi. Banyak orang tergoda untuk minum minuman keras pada saat mengalami tekanan hidup yang berat. (www.sabda.org/yisa , 2007).
Alkohol bila dikonsumsi berlebihan akan muncul efek sebagai berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat, menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan). Pemabuk atau pengguna Alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver dan kerusakan otak. (www.kapaLagi.com 2007)

Senin, 18 Agustus 2008

PENERAPAN HOME CARE DI SULUT

PENERAPAN HOME CARE
DI SULUT

KATA PENGANTAR

"Tulisan ini memerlukan kritik dan masukkan dari anda. itu saja..."

Bitung, Agustus 2008

Penulis

PENDAHULUAN
Perubahan-perubahan yang telah terjadi dalam sistem perawatan kesehatan dalam dekade terakhir atau sesudahnya telah menyebabkan peningkatan pada jumlah pelayanan yang diberikan pada lingkungan perawatan pasien di rumah. Perubahan ini meningkatkan kebutuhan akan kemampuan perawat yang dapat memberikan pelayanan keperawatan di lingkungan komunitas atau rumah.
Dengan sistem ini, rumah sakit dapat menurunkan biaya dan bahkan mendapatkan penghasilan lebih dengan memantau dengan cermat jenis-jenis pelayanan yang mereka berikan dan dengan memulangkan pasien secepat mungkin. Sebagai akibatnya, pasien dipulangkan dan fasilitas perawatan ke rumah mereka atau ke lingkungan tempat tinggal atau ke fasilitas jangka panjang pada tahap yang lebih awal dalam proses penyembuhan dibandingkan di masa lalu. Peralatan teknik tingkat tinggi seperti infus dan suction, sudah menjadi bagian dan perawatan kesehatan di rumah.
Dengan makin banyaknya pelayanan perawatan kesehatan yang beralih ke komunitas, maka makin banyak perawat yang menemukan pekerjaan di luar rumah sakit dan bekerja di rumah pasien. Sebagai akibat dan perubahan dalam industri perawatan kesehatan, perawatàn kesehatan di rumah menjadi salah satu area praktik terbesar untuk perawat.
Di beberapa kota besar di Indonesia perawatan rumah telah menjadi bagian dari kebijakan rumah sakit sebagai salah satu bagian dari strategi untuk memperluas area pelayanan dan meningkatkan pendapatan rumah sakit.
Di propinsi sulawesi utara, home care sudah lama diterapkan. Namun penerapan ini belum dikelola degan baik dan masih berjalan sendiri-sendiri.

KONSEP DASAR HOME CARE

A. Pengertian
Secara umum Home care / home service adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien setelah dirawat di rumah sakit serta masyarakat umum yang dilakukan dirumah.
Sedangkan dari segi keperawatan ,
Home care adalah pelayanan keperawatan dan pengobatan yang dilaksanakan dirumah bagi pasien yang oleh karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke rumah sakit.

B. Tujuan pelayanan :
1. Mendekatkan jangkauan pelayanan Rumah Sakit dengan memberikan pelayanan pemeriksaan dan perawatan di rumah
2. Meningkatkan pelayanan kepada pasien secara profesional di luar rumah sakit
3. Mempromosikan keberadaan Rumah Sakit kepada masyarakat umum

C. Manfaat home care :
Home care mempunyai manfaat bagi pasien dan keluarga sebagai berikut:
1. Perawatan dan pengobatan dilakukan di rumah
2. Pasien lebih mendapatkan perhatian keluarga
3. Menghemat waktu karena tidak perlu datang ke rumah sakit
4. Menghemat biaya karena tidak perlu membayar paket rawat inap kamar di rumah sakit

D.Pelayanan home care diberikan kepada :
1. Pasien setelah rawat inap
2. Pasien setelah melahirkan
3. Pasien yang memerlukan bimbingan rohani.
4. Pasien lanjut usia (lansia)
5. Bayi sehat/prematur

E. Jenis-jenis pelayanan
1. Pelayanan oleh dokter umum
2. Perawat
3. Bidan
4. Fisioterapi
5. Baby sitter/among sakit
6. Pembimbing rohani.

PENERAPAN DI SULUT
A. Bentuk penerapan
Pelayanan kesehatan dan sosial yang diberikan untuk pasien di rumah dilakukan oleh tim multidisipliner yang mencakup perawat, tenaga bantuan kesehatan di rumah, pekerja sosial dan fisioterapis. Perawatan diberikan dibawah petunjuk dokter dan diberikan secara intermiten atau paruh waktu.
Pelayanan perawatan kesehatan di rumah sangat jarang diberikan oleh lembaga-lembaga resmi. Kebanyakan dilakukan oleh kelompok perawat yang dibentuk oleh perawat sendiri, atau kelompok perawat dan dokter yang dibentuk oleh dokter atau hasil rembukan dengan perawat.
Lansia merupakan pengguna tersering dari pelayanan kesehatan rumah. Untuk mendapatkan pelayanan ini, pasien harus menderita sakit atau tidak dapat meninggalkan rumah, dan membutuhkan pelayanan keperawatan yang terampil. Asuhan keperawatan termasuk pengkajian status fisik, pikologis, sosial, dan lingkungan pasien secara menyeluruh. lntervensi keperawatan termasuk memberikan terapi intra vena / injeksi, pemberian makan dengan nutrisi parenteral total / NGT, atau melakukan pemasangan infus, memasang kateter, merawat luka, mengganti balutan dan memberikan perawatan dasar lain antara lain memandikan pasien.
Perawat menginstruksikan kepada pasien dan keluarga tentang strategi dan keterampilan perawatan diri dan juga tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, seperti konsultasi gizi, program latihan, dan teknik penatalaksanaan stress.
Perawat mengelola dan mengevaluasi (manage dan evaluate) perawatan pasien. Terutama untuk pasien yang menderita penyakit yang serius yang mengalami kondisi yang kompleks dan labil dan berpotensi untuk dirawat kembali di rumah sakit. Perawat berperan sebagai manager kasus dan memantau pemberian perawatan yang diberikan kepada pasien di rumah mereka.
Pemeliharaan Kesehatan berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Perawat yang bekerja untuk lembaga rumah sakit melakukan kunjungan rumah untuk memberikan pelayanan keperawatan yang terampil bagi pasien dilakukan di rumah pasien bagi pasien yang dipulangkan dari rumah sakit dan mencegah pasien dirawat kembali di rumah sakit. Perawat klinik melakukan kunjungan rumah sebagai bagian tindak lanjut untuk pasien. Sedangkan Perawat dari puskesmas melakukan kunjungan rumah untuk memberikan panduan antisipasi bagi keluarga dengan risiko tinggi dan perawatan lanjutan untuk pasien dengan penyakit menular.
Memberikan asuhan keperawatan di rumah pasien
berbeda dengan memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit. Jika di rumah pasien mempunyai kontrol kecil untuk hal-hal yang terjadi pada mereka, dan
tingkat ketaatan pada mematuhi peraturan, tata tertib dan
jadwàl aktivitas perawatan sangat rendah. Hal ini dapat diperparah dengan intervensi keluarga yang kadangkala menganggap perawat sebagai bagian dari pekerja mereka karena merekalah yang mengeluarkan uang untuk menggaji perawat.
Di rumah sakit pasien tidur di tempat tidur rumah sakit dan menggunakan pakaian rumah sakit atau bajü tidur yang tampak sama dan pengobatan, perawatan, mandi dan obat pada waktu yang biasanya ditentukan oleh jadwal institusi dan bukan pada waktu yang sesuai untuk mereka. Meskipun mereka dapat memilih makanan dan menu harian, ada pembatasan piihan dalam jenis makanan yang ditawarkan pada mereka. Anggota keluarga dan teman-teman diizinkan untuk berkunjung sesuai kebijaksanaan rumah sakit.

B. Kurangnya otoritas
Secara umum di SULUT, perawat pada perawatan di rumah pasien, dianggap sebagai tamu dan membutuhkan izin untuk datang dan memberikan perawatan. Perawat mempunyai kontrol yang minimal terhadap gaya hidup, situasi kehidupan dan kegiatan kesehatan dari pasien yang mereka kunjungi. Kurangnya otoritas untuk mengambil keputusan secara penuh dapat menimbulkan konflik pada perawat dan menyebabkan masalah terhadap hubungan perawat – pasien/keluarga. Untuk dapat berhasil dalam bekerjasama dengan pasien, tidak peduli apapun keadaannya, penting bagi perawat untuk bersikap tidak menghakimi dan tetap menghargai terhadap kepercayaan pasien. Hal ini dapat dirasakan sulit oleh perawat jika gaya hidup pasien melibatkan aktivitas yang
menurut perawat berbahaya atau tidak dapat diterima, seperti kecanduan alkohol (orang SULUT banyak yang doyan ”minum”) atau obat dan makanan tertentu, apalagi mayoritas orang sulut mengkonsumsi jenis daging yang kadar lemaknya tinggi.

C. Situasi tempat perawatan
Kebersihan rumah pasien mungkin tidak sesuai dengan standar rumah sakit. Meskipun perawat dapat menyediakan pokok penyuluhan tentang mempertahankan pokok penyuluhan tentang mempertahankan lingkungan yang bersih, pasien dan keluarga yang menentukan apakah mereka mau atau tidak melakukan anjuran perawat. Perawat harus menerima kenyataan situasi tersebut dan memberikan perawatan yang dibutuhkan tanpa melihat kondisi kebersihan lingkungan.
Jenis peralatan dan perlengkapan atau sumber-sumber yang biasanya tersedia di lingkungan perawatan akut seringkali tidak tersedia di rumah pasien. Perawat harus melakukan improvisasi saat memberikan perawatan, seperti saat mengganti balutan atau. memasang kateter pasien di tempat tidur yang tidak dapat diubah posisinya dan tidak adanya meja di sisi tempat tidur..
Pengendalian terhadap infeksi sama pentingnya di rumah seperti di rumah sakit, tetapi dapat lebih menantang dan membutuhkan pendekatan yang lebih kreatif. Seperti dalam situasi apapun, penting artinya untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan langsuag pada pasien, bahkan di rumah yang tidak mempunyai air yang mengalir sekalipun. Jika teknik aseptik dibutuhkan di rumah pasien, penting sekali untuk merencanakan kegiatan ini sebelum pergi ke rumah pasien. Yang termasuk didalamnya adalah tindakan kewaspadaan universal, melakukan tindakan pencegahan isolasi jika diperlukan, dan da!am membuang sekresi dan ekskresi tubuh. Jika injeksi merupakan bagian dari perawatan yang diberikan, perawat menggunakan wadah yang tertutup untuk membuang jarum tersebut. Obat-obat yang disuntikan dan obat-obat lainnya harus disimpan di luar jangkuan anak-anak selama kunjungan dan disimpan di tempat yang aman jika obat-obat tersebut akan ditinggalkan di rumah pasien. Perawat yang melakukan prosedur invasif harus memperbarui imunisasi mereka.
Lingkungan rumah sering lebih banyak distraksi dibandingkan rumah sakit. Rumah dapat dipenuhi dengan suara dan luar dan dipenuhi orang dan barang.

D.Memulai rencana perawatan di rumah
Rencana perawatan di rumah dimulai ketika sudah ada perencanaan pemulangan pasien untuk perawatan di rumah .Perencanaan pemulangan dimulai ketika pasien masuk dalam rangka mempersiapkan pemulangan yang awal dan kebutuhan yang mungkin untuk perawatan tindak lanjut di rumah. Di tempat lain di dalam Sulut mungkin berbeda dalam proses pemulangan. Tapi di RS di Manado perawat berperan sebagai perencana pemulangan. Beberapa lembaga kesehatan mempunyai perawat yang bekerja dengan perencana pemulangan untuk memastikan bahwa kebutuhan pasien dipenuhi ketika pasien dipulangkan dan rumah sakit. Perawat menyiapkan pasien dan keluarganya untuk panduan antisipasi bagi keluarga dengan risiko tinggi untuk penemuan kasus, dan perawatan tindak lanjut untuk pasien dengan penyakit menular.
Pengembangan rencana pemulangan yang komprehensif membutuhkan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan lembaga yang melakukan rujukan dan lembaga pelayanan masyarakat atau kesehatan rumah (terutama untuk pasien ODHA). Proses ini termasuk mengidentitikasi kebutuhan pasien dan menyusun rencana yang menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan ini. Komunikasi dan kerja sama dengan pasien dan keluarga sangat penting.

pemasangan infus

Berikut ini ada beberapa tips dalam melaksanakan tindakan keperawatan “pemasangan infus”:
Hindari menuliskan langsung pd kantong IV dengan pena spidol karena tinta spidol dapat mengkontaminasi larutan.
Vena yang mengalami sklerosis(sering karena pengambilan darah sering)harus dihindari karena kateter akan sulit menembus.
Yakinkan untuk menghitung kecepatan sehingga tidak menginfuskan larutan IV terlalu cepat atau terlalu lambat.
Hanya satu jarum /kateter harus digunakan untuk setiap penusukan,.....

Skill Tips

Berikut ini ada beberapa tips dalam pemasangan naso gastric tube :
•Bila bunyi usus tidak ada , tunda pemberian makanan melalui NGT
•Beri klien posisi semi fowler , atau tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat untuk mengurangi resiko aspirasi.
•Bila residu lambung kurang dari 100 ml , bilas dengan slang air 30 ml untuk menjamin slang tetap bersih dan paten.

Bagaimana Terjadinya Demam

PatoFisiologi (Bagaimana Terjadi)
DEMAM
Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan “zat penyebab demam (pirogen endogen)” yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat selsius.

APA TUJUAN HIDUP ANDA

APA TUJUAN HIDUP ANDA
Teman - temanku yang terhormat, merupakan suatu kebahagiaan bagi kita semua karena secara bersama – sama kita telah dan sedang mengikuti kuliah dimana setelah kita selesai pendidikan di perguruan tinggi maka kita akan menjadi seorang profesional dalam bidang keperawatan, dan itu merupakan suatu kebahagiaan bagi kita semua karena profesi keperawatan itu merupakan suatu profesi yang sangat mulia karena kita bisa memberikan pertolongan kepada pasien – pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
TETAPI
Dengan melihat kenyataan di depan mata kita sendiri begitu banyaknya orang – orang dengan berbagai latar belakang profesi tetapi sampai saat ini belum juga mendapat pekerjaan, apakah kita tidak mengantisipasi hal – hal tersebut ?
Karena begitu besarnya pengorbanan yang telah kita berikan baik dari segi uang, waktu, dan tenaga. Tapi yang akan kita dapat dari semuanya itu ?
Apakah pemerintah bisa menyerap / mempekerjakan lulusan-lulusan perguruan tinggi itu termasuk kita dengan gaji yang kita harapkan ? Saya rasa kita semua sudah tahu jawabanya.
Untuk mengantisipasi hal - hal tersebut saya telah mempunyai jalan keluar yaitu dengan berbuat sesuatu yang telah terbukti bisa membantu saya untuk mengatasi masalah keuangan saya. Baru 6 bulan saya melakukan hal tersebut tapi penghasilan saya sudah melebihi gaji PNS golongan III, dan penghasilan itu setiap bulan. Dan tindakan saya itu terbukti sangat cocok bagi kita yang sedang dalam proses pendidikan apalagi dalam bidang kesehatan.
Saya bukan anti pendidikan karena saya mempunyai rencana untuk melanjutkan kuliah saya jika Tuhan mengijinkanya, tetapi karena semuanya itu memerlukan biaya, maka saya rasa sangat pas kalau kita sedang kuliah dan kita juga bisa membiayai perkuliahan kita dan saya rasa itu yang paling tepat.
Mungkin anda bertanya apa yang telah saya lakukan dan untuk mengetahui informasi selanjutnya hubungi

ENTREPENEUR
0431 3335624 / 085256119422

Mandarin’s Medical terms

Mandarin’s Medical terms
 Fa shao (fa sao) : Panas
 Tou Tong(dou tung) : Sakit kepala
 Ke shou(ge sou) : Batuk
 Tu xue (du sue) : muntah darah
 La xi(la si) : Diare
 Xue Ya(sue ya) : Tensi darah
 Ti wen Biao(di wen piao) : Termometer
 Hu xi (hu si) : Pernapasan
 Bing Ren(ping jen) : Orang sakit/pasien
 Sheng Bing(seng ping) : Penyakit
 Yi Sheng(i seng) : Dokter
 Hu Shi (hu si) : Perawat
 Jiu shang che(ciu sang ce) : Ambulans
 Ya yi(ya i) : Dokter gigi
 Yi yuan(i yuen) : Rumah Sakit

Rabu, 13 Agustus 2008

Universitas Sariputra Indonesia (UNSRIT) Tomohon tempat kuliahku
Kayuuwi tempat lahirku..
Bitung tempat tinggalku sekarang....
(rupa jo puisi stengah teka-teki)
maklum, Bloggggggg ini masih sementara di desain...
Sorry