Sabtu, 28 Agustus 2010

Pengertian Keperawatan Gawat Darurat


Perawat gawat darurat adalah: perawat yang memiliki kompetensi untuk memberikan asuhan keperawatan gawat darurat dalam kondisi gawat darurat individu, kelompok/mass casulaty, dan bencana untuk menyelamatkan kehidupan, mencegah kecacatan, dan atau mencegah penurunan kondisi kesehatan pasien. Asuhan keperawatan gawat darurat adalah: rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien secara individu, kelompok (mass casualty) atau bencana dalam kondisi mendadak akibat penyakit atau cedera yang dialaminya. Kondisi gawat darurat dapat merupakan kondisi kritis, gawat darurat, gawat tidak darurat, tidak gawat tidak darurat dan kematian saat ditemui. Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah biologis, psikologis, dan sosial pasien, baik aktual maupun resiko tinggi, yang timbul secara bertahap maupun mendadak sesuai dengan tingkatan kondisi gawat darurat klien (triase). Mutu asuhan keperawatan sangat bergantung kepada kemampuan perawat dalam menganalisa, menetapkan keputusan, melaksanakan tindakan, melakukan hubungan interpersonal, dan memberikan asuhan dalam segala kondisi kegawatdaruratan Prioritas asuhan pada penyelamatan kehidupan (actual) atau ancaman kehidupan (potencial) dengan cepat, tepat, dan aman, serta mencegah kecacatan. Namun, hal yang tekait dengan kondisi trauma sederhana, masalah emosional, pemberian informasi, pendidikan dan pemulangan pasien juga merupakan peran yang tak terpisahkan dari perawat gawat darurat. Lingkup area gawat darurat, perawat gawat darurat bekerja pada setting dimana pasien dalam situasi gawat darurat atau kritis akibat penyakit atau cedera yang dialaminya. dimulai dari tempat kejadian, proses evakuasi dan transportasi. Perawat gawat darurat juga memberikan asuhan keperawatan gawat darurat kepada pasien yang datang ke unit gawat darurat sesuai dengan tingkatan kegawatannya (kritis, gawat darurat, gawat tidak darurat, tidak gawat tidak darurat) sehingga kondisi dapat diatasi atau dipindahkan ke unit/rumah sakit lainnya. Proses keperawatan gawat darurat adalah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan dalam menangani pasien gawat darurat meliputi pengkajian, perumusan masalah (diagnosa), menentukan rencana tindakan, tindakan dan evaluasi. Setiap menghadapi kasus, sistematika penyelesaian masalah ini harus digunakan baik sebagai pendekatan berfikir juga dalam bentuk dokumentasi keperawatan gawat darurat. Kempat langkah tersebut bersifat sangat dinamis dan berkesinambungan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebagai kegiatan profesional, langkah-langkah penting tersebut harus didokumentasikan untuk akuntabilitas asuhan yang telah kita berikan. (Sumber : Amelia Kurniati Kimin, Ketua Umum HIPGABI).
 
Posted by Picasa

Minggu, 02 Mei 2010

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BICARA


Bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang sebenarnya telah dimulai sejak masa bayi. Tahap bicara ini justru mesti diperhatikan sedini mungkin, Karena pada tahap ini dapat dijadikan parameter ada atau tidak gangguan perkembangan pada seorang anak. Tahap-tahap perkembangan lain seperti motor kasar-halus, sosialisasi/interaksi tentu saja mempunyai peranan penting dalam menentukan optimal atau tidaknya perkembangan anak. Perkembangan komunikasi pada usia Usia Todler dan Prasekolah dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan anak masih belum fasih dalam berbicara. Pada usia ini cara komunikasi yang dapat dilakukan dengan anak adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, menggunakan nada suara, bicara lambat, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi, mengatur jarak interaksi dengan anak yang tidak menunjukkan konfrontasi.
Memang hal ini tidak mudah, namun kalau orangtua atau ibu jeli, dia segera akan tahu ada sesuatu pada anaknya. Apalagi, bila seseorang ibu sudah mempunyai pengalaman merawat seorang anak.

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BICARA

Bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang sebenarnya telah dimulai sejak masa bayi. Tahap bicara ini justru mesti diperhatikan sedini mungkin, Karena pada tahap ini dapat dijadikan parameter ada atau tidak gangguan perkembangan pada seorang anak. Tahap-tahap perkembangan lain seperti motor kasar-halus, sosialisasi/interaksi tentu saja mempunyai peranan penting dalam menentukan optimal atau tidaknya perkembangan anak. Perkembangan komunikasi pada usia Usia Todler dan Prasekolah dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan anak masih belum fasih dalam berbicara. Pada usia ini cara komunikasi yang dapat dilakukan dengan anak adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, menggunakan nada suara, bicara lambat, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi, mengatur jarak interaksi dengan anak yang tidak menunjukkan konfrontasi.
Memang hal ini tidak mudah, namun kalau orangtua atau ibu jeli, dia segera akan tahu ada sesuatu pada anaknya. Apalagi, bila seseorang ibu sudah mempunyai pengalaman merawat seorang anak.

Rabu, 28 April 2010

Penyuluhan mengenai Penyakit Menular Seksual pada Anak Buah Kapal

Organ reproduksi yang sehat dibutuhkan untuk kesehatan reproduksi. Organ-organ reproduksi di dalam tubuh bisa rusak oleh Penyakit Menular Seksual (PMS)
yang mengakibatkan kemandulan (infertilitas). Baik pria ataupun wanita bisa memiliki masalah infertilitas bila terinfeksi Penyakit Menular Seksual.
Sexual Transmited Diseases, atau yang lebih sering disebut sebagai Penyakit
Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit-penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. Dekade terakhir ini, insidens PMS di berbagai negara di seluruh dunia mengalami peningkatan yang cukup cepat. Peningkatan insidens PMS dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut : Perubahan demografik, Fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, Pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar luas, Kontrol PMS belum dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Peningkatan kasus PMS dari waktu ke waktu, akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang sangat serius dan berdampak besar.
Penyebaran masalah kesehatan berbeda untuk tiap individu, kelompok dan masyarakat dibedakan atas tiga macam yaitu : Ciri-ciri manusia/karakteristik, tempat dan waktu. Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,status sosial ekonomi,ras/etnik,dan agama. Sedangkan dari segi tempat disebutkan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh keadaan geografis, keadaan penduduk dan keadaan pelayanan kesehatan. Selanjutnya penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh kecepatan perjalanan penyakit dan lama terjangkitnya suatu penyakit. Faktor individu seperti gaya hidup, harga diri, pengendalian diri dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS menunjukkan bahwa secara statistik tidak mempunyai hubungan bermakna dengan variabel perilaku seksual. Diantara responden yang telah melakukan hubungan seksual pra-nikah, sebagian besar kurang memiliki harga diri, mempunyai campuran gaya hidup barat dan tradisional, mempunyai campuran pengendalian diri internal dan eksternal, dan rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Penyuluhan kesehatan bertujuan antara lain adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga atau masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajad kesehatan yang optimal. Peningkatan pengetahuan ini dianggap penting , karena dapat merupakan “gerbang” dalam upaya penanggulangan HIV /AIDS. Ketidaktahuan terhadap PMS termasuk HIV / AIDS bisa jadi merupakan salah satu penyebab terkenanya virus mematikan tersebut.
Anak Buah Kapal (ABK) merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktifitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi di kelompok tersebut. Sehingga ABK merupakan kelompok risiko tinggi infeksi PMS.

Kemampuan Ibu Post Partum Dalam merawat luka Perineum Secara Mandiri

Masalah keperawatan yang bisa diidentifikasi dari seluruh lapangan praktek maternitas meliputi kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu nifas antara lain yaitu tentang cara merawat perineum. Apabila masalah-masalah keperawatan muncul akan menimbulkan suatu masalah kesehatan dan dapat meningkatkan morbiditas ibu nifas, ini akan menyebabkan waktu dan biaya perawatan masa nifas akan meningkat, yang berarti bisa menimbulkan angka kematian ibu dan bayi. Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi dan meningkatkan penyembuhan. Tidak semua ibu setelah melahirkan mendapatkan jahitan pada luka karena persalinan. Jumlah untuk kelompok ini justru biasanya lebih banyak daripada yang mendapat jahitan.
Teori keperawatan yang digunakan adalah teori “Self Care Deficit” yang dikemukakan oleh Dorothea Orem. Filosofi Orem dikatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan self care(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori keperawatan ini digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan nifas.
Mayoritas wanita yang melahirkan pervaginam mengalami beberapa derajat nyeri perineum setelah melahirkan, biasanya berhubungan dengan tipe dan luasnya trauma, walaupun kaum wanita yang perineumnya tidak cedera juga dapat menderita nyeri karena memar atau bengkak. Selain penatalaksanaan perineum dan trauma nyeri serta dispareunia, efek jahitan perineum juga telah dipelajari terbukti bahwa jenis bahan atau benang dan metode jahitan dapat memengaruhi hasil.
Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien dan keluarga untuk mencapai kemandiriannya. Kemandirian ibu nifas bisa tercapai bila kegiatan asuhan keperawatan didasari adanya kerjasama yang baik antara perawat dalam memberikan pengetahuan dan motivasi kepada ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan klien ibu nifas. Beberapa keuntungan dalam teori bagi ibu nifas yaitu pengetahuan akan meningkat dan akhirnya ibu dan keluarga akan mandiri dalam pemeliharaan kesehatannya. Kemandirian pada ibu nifas sangatlah penting karena setelah pulang, keluarga harus mampu merawat untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya.

Minggu, 10 Januari 2010

Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan dengan cara pemakaian antibiotik

Banyak sekali penyalahgunaan antibiotik di masyarakat. Hampir setiap penyakit diberi antibiotik, Mungkin perlu penanganan ke berbagai pihak, baik dari dokter maupun apotik sebagai penjual obat. Karena ada beberapa apotik atau toko obat yang dengan mudah melayani pembelian anti biotik walaupun tanpa resep atau dengan coppyan resep. World Health Organization (WHO) (2001), menyampaikan keprihatinan yang tinggi terhadap perkembangan bakteri resisten. WHO pun menyatakan global alert atau perang melawan bakteri resisten. Kecenderungan peningkatan penggunaan antibiotika di Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan penggunaaan obat yang tidak rasional dan akan menghambat penurunan angka morbiditas dan mortalitas penyakit.
Tidak semua orang tahu bahwa antibiotik tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Tak semua orang tahu bahwa bila hal itu dilakukan, akibatnya justru fatal, apalagi hanya untuk penyakit-penyakit ringan. Ibaratnya, ingin membunuh satu orang mestinya cukup dengan pistol, tapi digunakan bom yang bisa menghancurkan penduduk satu kota. Selain tidak tepat penggunaan, dampak yang lebih jauh adalah bakteri dalam tubuh justru menjadi kebal. Bahan antibiotik pertama ditemukan Alexander Fleming pada 1928. Kemudian, pada 1940-an antibiotik mulai digunakan secara luas. Waktu itu, ahli scientist dunia memprediksi, dengan ditemukannya antibiotik, pada 1960-an dunia diprediksi bersih dari penyakit infeksi. Namun, bukannya penyakit infeksi teratasi, justru jenis bakteri baru muncul akibat resistensi terhadap penggunaan antibiotik. Bahkan, pada 1990, di beberapa belahan dunia pernah terjadi post antibiotika era. Suatu keadaan yang antibiotik tidak berfungsi lagi. Diantara 20 jenis antibiotik yang ada, hanya satu yang bisa mengobati penyakit infeksi.Kecuali pada kasus penderita sepsis bakterial membutuhkan terapi antibiotik segera setelah ada kecurigaan sepsis. Selama hasil kultur dan antibiogram belum tersedia, maka harus diberikan antibiotik inisial/ empirik yang didasarkan pada pola kurnan penyebab terbanyak di lingkungan tersebut dan kepekaannya terhadap antibiotic. Pada TB Paru, kini mengganti antibiotik rifampisin dengan rifapentin antibiotik versi takaran tinggi buatan Sanofi-Aventis sebagai rejimen pengobatan tuberkulosis (TB) yang baku dapat mengurangi masa pengobatan dari enam bulan menjadi tiga bulan atau lebih cepat.
Penelitian di dua rumah sakit besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada 2001 menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik secara tidak bijak mencapai 80 persen. Kasus di RSU dr Soetomo, angka resisten terhadap antibiotik lini pertama (penyakit infeksi ringan) bisa mencapai 90 persen dan lini kedua (infeksi sedang) mendekati 50 persen. Dalam disertasinya yang dirilis beberapa waktu lalu, angka bakteri penghasil extended spectrum beta lactamase (ESBL, jenis bakteri yang sulit diobati) mencapai 29 hingga 36 persen. Bandingkan dengan Belanda yang angkanya kurang dari satu persen. Karena itu, bila antibiotik tidak digunakan secara tepat, post antibiotika era diprediksi bisa terjadi pada masa depan. Tingginya penggunaan antibiotik di rumah sakit akan meningkatkan angka resistensi bakteri di tempat itu. Yang pada akhirnya menyulitkan terapi. Bahkan, bakteri lebih mudah mutasi, yang berarti lebih cepat resisten terhadap berbagai antibiotik. Antibiotik adalah obat yang dapat digunakan untuk membunuh kuman, virus, cacing, protozoa, dan jamur. Biasanya, jika mengalami sakit dan disebabkan beberapa hal tersebut, obatnya antibiotik. Tidak hanya itu. Antibiotik dibutuhkan saat seseorang sakit disertai demam. Jika sakitnya tidak disertai demam, belum tentu mereka membutuhkan antibiotic.
Agar tidak sembarangan dalam penggunaannya, sebaiknya masyarakat mengetahui jenis antibiotik. Di antaranya, tetracyclin yang digunakan untuk infeksi, sakit gigi, dan luka. Jenis chloramphenicol digunakan untuk penyakit tifus. Jenis griseofulfin digunakan untuk membunuh jamur serta combantrin untuk membunuh cacing. Ada juga narrow spectrum,yang berguna untuk membunuh jenis bakteri secara spesifik. Antibiotik yang tergolong narrow spectrum adalah ampicillin dan amoxycilin. Jenis kedua ialah broad spectrum untuk membunuh semua jenis bakteri di dalam tubuh. Karena itu, masyarakat harus paham soal antibiotik. Selain itu, sebelum mengonsumsi, harus tahu aturannya. Baik waktu pemakaian maupun dosis. Dengan demikian, pemakaian bisa dilakukan secara tepat dan rasional. Hal itu harus mendapat perhatian dari kalangan medis.

Faktor yang berhubungan dengan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan jamban

Ada beberapa elemen penting di dalam menunjang kesehatan manusia, diantaranya adalah air bersih dan sanitasi yang baik. Namun sayangnya saat ini pemenuhan akan kebutuhan air bersih dan sanitasi yang baik belum berjalan dengan baik . WHO menyatakan bahwa lebih dari 1,1 milyar orang pada wilayah pedesaan dan perkotaan kini kekurangan akses terhadap air minum dan 2,6 milyar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar. Persoalan timbul ketika air yang tidak sehat ditambah dengan kurangnya sanitasi dasar serta perilaku hidup yang tidak sehat menjadi kebiasaan sehari-hari dari sebagian besar penduduk di negeri ini.
Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan, hal ini dapat dilihat dari kematian hampir 100 ribu balita/tahun akibat diare di Indonesia. Berdasarkan data dari BPS (2004) ternyata bahwa proporsi rumah tangga di perkotaan di Indonesia yang menggunakan septic tank dan cubluk adalah 80,45 persen dan di pedesaan sebesar 57,26 persen (tidak mempertimbangkan kualitas sarana) dengan tingkat kepemilikan jamban keluarga di perkotaan 73,13 persen dan di perdesaan 53,1 persen. Disamping itu, ternyata bahwa hanya 13,9 persen penduduk yang memiliki akses terhadap pengolah air limbah. Dengan kata lain, hanya sedikit sekali proporsi rumah tangga yang dapat mengolah sampah mereka.
Untuk mencapai hidup yang sehat, masyarakat selalu berinteraksi dengan 4 faktor, yaitu faktor lingkungan, perilaku individu dan masyarakat, pelayanan kesehatan, dan faktor bawaan (genetik). Lingkungan sehat yang diharapkan adalah suatu lingkungan hidup yang terencana, terorganisasi dinilai dari semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia, dikelola sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat ditingkatkan. Ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan masih banyak sekali masalah–masalah lingkungan yang perlu segera mendapat perhatian. Kebanyakan masyarakat, terutama terutama yang hidup di daerah pedesaan belum mengetahui bahwa banyak sekali masalah–masalah lingkungan disekitarnya mereka yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup mereka. Keadaan dan masalah lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat nampak sangat beragam. Berbagai faktor lingkungan yang merugikan belum dapat diatasi, yang penting artinya dalam peningkatan masyarakat itu sendiri. Ada juga faktor lingkungan yang bersifat menguntungkan, belum dapat ditangani dengan baik sebagai karakteristik kehidupan masyarakat, sifat–sifat dan kebiasaan, serta tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah.
Untuk mempertahankan kesehatan yang baik kita harus mencegah banyaknya ancaman yang akan mengganggu kesehatan kita. Ancaman yang paling berbahaya adalah kedunguan yaitu ketidaktahuan atau tahu tapi tidak mau melaksanakan. Ancaman lainnya terhadap kesehatan adalah pembuangan kotoran (faeces dan urina) yang tidak menurut aturan. Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat itu berbahaya. Karena itu akan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit lewat lalat, udara dan air. BAB di sembarangan tempat dapat berakibat : (i) gampang terkena penyakit yang disebarkan lewat lalat, udara, air bahkan lewat tangan, (ii) rasa malu dilihat orang lain, (iii) rentan terhadap serangan binatang buas, (iv) merugikan orang lain. Hal ini bertentangan dengan adat ketimuran kita Serta yang tidak kalah pentingnya adalah mengajak masyarakat membandingkan dengan desa lain yang kondisinya lebih jelek (tidak mampu), namun bisa membangun jamban keluarga tanpa bantuan orang lain .

Pengaruh pemberian informasi prosedural tentang pertolongan persalinan terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida

Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Disadari bahwa kecemasan yang tertinggi yang dirasakan oleh seorang wanita hamil adalah proses persalinan. Ketakutan, kecemasan dan mitos-mitos yang salah membuat proses persalinan adalah sesuatu yang menakutkan. Pandangan ini seharusnya dirubah menjadi pandangan yang positif .
Kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Penelitian membuktikan bahwa kondisi psikologi dan emosi sangat berpengaruh kepada pertumbuhan janin dalam kandungan. Dari penelitian terbukti bahwa wanita hamil mengalami kecemasan akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayinya karena terjadi perubahan gen dalam tubuh.
Selama tiga bulan pertama kehamilan, terbukti bahwa wanita mengekspresikan ansietas tertentu, terutama berkenaan dengan persalinan, menjadi orangtua, kesehatan bayi, saran yang bertentangan dan kekhawatiran mengalami keguguran. Banyak ansietas ini menghilang selama trimester kedua kehamilan. Namun, dalam tiga bulan terakhir, ansietas mengenai persalinan kembali muncul. Jika ibu dalam masa kehamilan merasa bahagia maka bayi yang dikandungnya akan tumbuh optimal dan pada akhirnya setelah mereka lahir kedunia ibu bisa memberikan ASI yang merupakan hak dari si bayi.
Setiap wanita hamil dan keluarganya dipengaruhi dan berespons terhadap kehamilan dengan cara yang berbeda-beda. Pemantauan kehamilan yang cermat dan respons terhadap perawatan adalah hal yang penting. Perawat dalam memberikan informasi pada pasien juga menggunakan cara yang terapeutik untukmengatasi masalah pasien . Dalam teori Model Interaksi King menekankan bahwa pada proses komunikasi yang terjadi antara Perawat dengan klien merupakan hasil interaksi yang bertujuan untuk menentukan suatu keputusan dalam pelaksanaan tindakan kesehatan. Perawat tidak dapat melakukan tindakan kepada klien tanpa ada proses interaksi dan komunikasi tentang tindakan yang akan dilakukan pada klien. Perawat perlu menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan, resiko – resiko yang mungkin terjadi pada klien akibat bila tindakan tidak dilakukan dan biaya yang dikeluarkan dalam tindakan tersebut, semua harus dikomunikasikan pada klien agar keputusan yang dibuat oleh klien merupakan keputusan yang tepat dan yang terbaik bagi klien. Hasil penelitian dalam Jurnal Penelitian Ilmiah Kesehatan disebutkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.

Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan therapy Diet pasien Diabetes Mellitus

Penyakit Kencing Manis atau Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang cukup familier di masyarakat Indonesia, tetapi tidak banyak dari kita yang memahami penyakit ini. Padahal dengan penanganan yang baik penderita kencing manis tidak akan mempunyai masalah yang berarti pada kualitas hidupnya. Seperti penyakit-penyakit kronis lainnya, misalnya : Hipertensi, Obesitas, Rematik, Hiper-cholesterolemia .
Kendala utama pada penanganan Diabetes Mellitus adalah kejenuhan. Pasien sering berganti metode pengobatan. Hal ini memang wajar dan manusiawi, tetapi hendaknya dipahami dulu apa sebenarnya Diabetes Mellitus itu. Hal ini penting diketahui supaya penderita bisa tetap berada pada jalur yang tepat, demi kualitas hidup yang optimal .
Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi utamanya pada terapi penyakit tidak menular termasuk diabetes. Adanya ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit ini dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena prosentase kasus penyakit penyakit tersebut diatas diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020. Penderita Diabetes melitus berdasarkan penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok menunjukkan angka 14,7% dan di Makassar 2005 mencapai 12,5%.4 Suatu jumlah mengerikan yang akan menjadi beban bagi petugas kesehatan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Harus diingat bahwa kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh lima dimensi yang saling terkait, yaitu faktor pasien, faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi. Semua faktor adalah faktor penting dalam mempengaruhi kepatuhan sehingga tidak ada pengaruh yang lebih kuat dari faktor lainnya.
Diabetes melitus tipe-2 adalah kelompok Diabetes Mellitus akibat kurangnya sensitifitas jaringan sasaran (otot, jaringan adiposa dan hepar) berespon terhadap insulin. Penurunan sensitifitas respon jaringan otot, jaringan adiposa dan hepar terhadap insulin ini, selanjutnya dikenal dengan resistensi insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia. Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas, faktor lingkungan dan faktor makanan. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan untuk itu diperlukan kesadaran bagi para penderita dan peranan dari keluarga yang cukup besar selain tentunya dari obat yang harus terus dikonsumsi.
Di rumah sakit, sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara langsung dengan pasien adalah perawat, sehingga kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai salah satu indikator baik buruknya kualitas pelayanan di rumah sakit. Perawat merupakan bagian tim kesehatan yang sering kontak dengan pasien.