Rabu, 28 April 2010

Penyuluhan mengenai Penyakit Menular Seksual pada Anak Buah Kapal

Organ reproduksi yang sehat dibutuhkan untuk kesehatan reproduksi. Organ-organ reproduksi di dalam tubuh bisa rusak oleh Penyakit Menular Seksual (PMS)
yang mengakibatkan kemandulan (infertilitas). Baik pria ataupun wanita bisa memiliki masalah infertilitas bila terinfeksi Penyakit Menular Seksual.
Sexual Transmited Diseases, atau yang lebih sering disebut sebagai Penyakit
Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit-penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. Dekade terakhir ini, insidens PMS di berbagai negara di seluruh dunia mengalami peningkatan yang cukup cepat. Peningkatan insidens PMS dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut : Perubahan demografik, Fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, Pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar luas, Kontrol PMS belum dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Peningkatan kasus PMS dari waktu ke waktu, akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang sangat serius dan berdampak besar.
Penyebaran masalah kesehatan berbeda untuk tiap individu, kelompok dan masyarakat dibedakan atas tiga macam yaitu : Ciri-ciri manusia/karakteristik, tempat dan waktu. Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,status sosial ekonomi,ras/etnik,dan agama. Sedangkan dari segi tempat disebutkan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh keadaan geografis, keadaan penduduk dan keadaan pelayanan kesehatan. Selanjutnya penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh kecepatan perjalanan penyakit dan lama terjangkitnya suatu penyakit. Faktor individu seperti gaya hidup, harga diri, pengendalian diri dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS menunjukkan bahwa secara statistik tidak mempunyai hubungan bermakna dengan variabel perilaku seksual. Diantara responden yang telah melakukan hubungan seksual pra-nikah, sebagian besar kurang memiliki harga diri, mempunyai campuran gaya hidup barat dan tradisional, mempunyai campuran pengendalian diri internal dan eksternal, dan rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Penyuluhan kesehatan bertujuan antara lain adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga atau masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajad kesehatan yang optimal. Peningkatan pengetahuan ini dianggap penting , karena dapat merupakan “gerbang” dalam upaya penanggulangan HIV /AIDS. Ketidaktahuan terhadap PMS termasuk HIV / AIDS bisa jadi merupakan salah satu penyebab terkenanya virus mematikan tersebut.
Anak Buah Kapal (ABK) merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktifitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi di kelompok tersebut. Sehingga ABK merupakan kelompok risiko tinggi infeksi PMS.

Kemampuan Ibu Post Partum Dalam merawat luka Perineum Secara Mandiri

Masalah keperawatan yang bisa diidentifikasi dari seluruh lapangan praktek maternitas meliputi kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu nifas antara lain yaitu tentang cara merawat perineum. Apabila masalah-masalah keperawatan muncul akan menimbulkan suatu masalah kesehatan dan dapat meningkatkan morbiditas ibu nifas, ini akan menyebabkan waktu dan biaya perawatan masa nifas akan meningkat, yang berarti bisa menimbulkan angka kematian ibu dan bayi. Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi dan meningkatkan penyembuhan. Tidak semua ibu setelah melahirkan mendapatkan jahitan pada luka karena persalinan. Jumlah untuk kelompok ini justru biasanya lebih banyak daripada yang mendapat jahitan.
Teori keperawatan yang digunakan adalah teori “Self Care Deficit” yang dikemukakan oleh Dorothea Orem. Filosofi Orem dikatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan self care(perawatan mandiri) adalah aktivitas seseorang untuk menolong dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Teori keperawatan ini digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan nifas.
Mayoritas wanita yang melahirkan pervaginam mengalami beberapa derajat nyeri perineum setelah melahirkan, biasanya berhubungan dengan tipe dan luasnya trauma, walaupun kaum wanita yang perineumnya tidak cedera juga dapat menderita nyeri karena memar atau bengkak. Selain penatalaksanaan perineum dan trauma nyeri serta dispareunia, efek jahitan perineum juga telah dipelajari terbukti bahwa jenis bahan atau benang dan metode jahitan dapat memengaruhi hasil.
Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien dan keluarga untuk mencapai kemandiriannya. Kemandirian ibu nifas bisa tercapai bila kegiatan asuhan keperawatan didasari adanya kerjasama yang baik antara perawat dalam memberikan pengetahuan dan motivasi kepada ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan klien ibu nifas. Beberapa keuntungan dalam teori bagi ibu nifas yaitu pengetahuan akan meningkat dan akhirnya ibu dan keluarga akan mandiri dalam pemeliharaan kesehatannya. Kemandirian pada ibu nifas sangatlah penting karena setelah pulang, keluarga harus mampu merawat untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya.