Oldi Rembet
---jelas yang di tengah----
Rabu, 10 Juli 2013
"Tempurung Dalam Tempayan"
Alkisah... di pojok sebuah rumah kosong.... Teronggok sendirian, tempurung kelapa yang masih menyisakan sebagian serabutnya namun tak bersisa secuilpun daging kelapa di dalamnya...
sebuah lubang kecil menghiasi dasar tempurung kecil ini...
Minggu, 10 Juli 2011
LUPA ber-SYUKUR
Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu …
Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar …
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit …
Di masa itulah kamu tumbuh …
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu …
Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang …
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru …
Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu …
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat …
Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga …
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih …
Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan …
Bersyukurlah bila Bitung itu panas...
karena akan memaknai sejuk-dinginnya Kayuuwi.
tiba dengan selamat dari ber-"PENGUCAPAN SYUKUR..." Thanks God.
Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar …
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit …
Di masa itulah kamu tumbuh …
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu …
Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang …
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru …
Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu …
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat …
Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga …
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih …
Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan …
Bersyukurlah bila Bitung itu panas...
karena akan memaknai sejuk-dinginnya Kayuuwi.
tiba dengan selamat dari ber-"PENGUCAPAN SYUKUR..." Thanks God.
Sabtu, 02 Juli 2011
Tentang Abu Vulkanik dan Dampaknya Pada Kesehatan
Saat meletus, gunung berapi memang umumnya menyemburkan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida (HCl), asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke atmosfer. Abu vulkanik mengandung silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat, klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan fluoride. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium, dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah.
Khusus silika, sebenarnya memang ada di sekitar kita, dan sangat mungkin terhirup dalam kondisi normal tapi intensitasnya tidak besar, dan kalaupun terpapar tidak terus-menerus seperti saat letusan gunung seperti ini. Dengan intensitas tinggi, bisa jadi bulu-bulu hidung tak cukup kuat menahan serangan partikel polutan berbahaya. Belum lagi ada kemungkinan suhu panas dan gas-gas beracun yang mungkin ikut keluar bersama abu vulkanik. Akumulasi silika dalam paru-paru bisa mengakibatkan silikosis yang menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Silikosis umumnya menyerang pekerja tambang. Namun mereka terserang silikosis karena paparan silika konsentrasi tinggi dari jangka waktu yang lama.
Kondisi penduduk yang mungkin mengalami stres, kurang istirahat, dan kurang makanan bergizi, sehingga akan mengakibatkan daya tahan tubuh pengungsi turun. Lemahnya daya tahan tubuh ditambah paparan silika bisa membuat infeksi semakin mudah menyerang.
Partikel abu sangat kecil sehingga mudah tertiup angin hingga ribuan kilometer. Yang paling berpotensi merusak tubuh adalah partikel abu terkecil yang mencapai kurang dari 1/100 milimeter. Ini berbahaya karena mudah menembus masker kain dan masuk ke paru-paru.
Seseorang dengan bronkhitis, emfisema dan asma disarankan mengurangi aktivitas di luar ruang karena paparan abu vulkanik bisa memperparah gangguan kesehatan.
WHO mengatakan, konsentrasi abu vulkanik setiap gunung berapi berbeda, tergantung kondisi alam seperti suhu udara dan angin. Jika mengalami iritasi atau sakit di tenggorokan dan paru-paru, pilek, atau mata gatal, sebaiknya segera kembali rumah dan membatasi kegiatan di luar ruang,
Selain partikel berbahaya, abu vulkanik juga berpotensi mengandung gas belerang dioksida dalam kadar rendah. Itulah mengapa ketika mulai mencium aroma belerang, sangat disarankan segera menjauh dari kawasan tersebut.
Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru, di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan. Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di antaranya iritasi berupa gatal-gatal, bisa membuat erosi, bahkan kulit bisa terbakar karena abu vulkanik.
HUJAN ABU VULKANIK
Gunung Soputan mengeluarkan asap dan abu vulkanik yang umumnya terdiri dari partikel yang bentuknya tidak teratur, tajam dan bergerigi. Dengan kombinasi dan bentuk yang tidak teratur itu membuat abu vulkanik bersifat sangat menghancurkan.
Abu yang dikeluarkan bervariasi tergantung dari intensitas, ukuran partikel, kekuatan letusan dan kecepatan angin yang memabwa partikel-partikel tersebut. Hujan abu ini bisa disertai dengan guntur, kilat yang keras serta bau belerang yang kuat.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah abu vulkanik masuk ke dalam tubuh, yaitu:
Usahakan untuk tinggal di dalam rumah atau tempat pengungsian sebanyak mungkin, hal ini untuk meminimalkan paparan debu. Selain itu hindari aktivitas yang berat.
Jika memiliki penyakit asma atau gangguan pernapasan lain, pastikan memiliki pasokan obat yang cukup dan pelajari manajemen bernapas. Jika timbul masalah pernapasan lain segera hubungi dokter.
Usahakan untuk menghindari pintu atau jendela ketika akumulasi abu datang.
Jika ingin keluar, gunakanlah masker wajah untuk mengurangi inhalasi partikel abu. Menggunakan masker memang bisa membuat napas menajdi lebih sulit, tapi ini penting untuk menghindari inhalasi abu.
Jika tidak ada masker, gunakan sapu tangan, kain atau pakaian lain yang dapat menyaring partikel abu. Untuk meningkatkan efektivitasnya bisa membasahi kain dengan menggunakan air.
Gunakan kacamata dan melepaskan lensa kontak yang untuk melindungi mata dari iritasi.
Usahakan untuk selalu menggunakan baju lengan panjang dan juga celana panjang jika ingin bepergian atau membersihkan abu.
Hati-hati saat mengonsumsi air minum, usahakan air yang dikonsumsi tidak terpapar atau tercemar abu vulkanik.
Usahakan untuk menyiapkan pertolongan pertama seperti obat, minum, makanan dan pakaian ganti.
Jika terkena luka bakar, cedera dan menghirup gas atau abu, segera minta bantuan medis untuk mendapatkan perawatan.
Luka bakar yang timbul akibat abu vulkanik umumnya lebih dalam dan bisa mencapai otot, untuk itu diperlukan pertolongan segera agar luka bakar tidak semakin meluas yang dapat mengakibatkan kematian.
Bagaimana pertolongan pertamanya?
Jika mata kemasukan abu atau debu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama, yaitu:
Usahakan untuk tidak menggosok mata, karena akan membuat permukaan mata tergores yang nantinya menyebabkan infeksi seperti mata merah atau iritasi.
Pejamkan mata untuk beberapa saat, karena air mata akan berusaha membersihkan mata dari debu atau partikel yang masuk.
Jika tidak berhasil bisa dengan cara mencelupkan mata ke dalam air yang bersih untuk membantu mengeluarkannya.
Jika belum bisa keluar juga segera bawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan.
Jika tubuh mengalami luka bakar, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:
Usahakan untuk membersihkan luka jika tidak parah dengan menggunakan air mengalir.
Saat tubuh terkena luka bakar, maka dengan sendirinya tubuh akan mengeluarkan cairan untuk mengobatinya.
Jika luka bakarnya cukup dalam atau luas, segera minta bantuan medis. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan organ yang lebih parah serta dehidrasi yang bisa memicu kematian.
Jika mengalami sesak napas akibat menghirup abu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:
Berikan bantuan obat semprot inhaler.
Membantu seseorang ke posisi yang nyaman terutama duduk tegak sambil bersandar, jangan memposisikan orang untuk tiduran.
Cobalah untuk mengajaknya bernapas perlahan-lahan dan dalam.
Usahakan untuk mengajaknya ke tempat yang lebih bersih untuk menghindari paparan yang lebih berat.
Jika obat inhaler tidak memberikan pengaruh atau justru bertambah parah, mintalah pertolongan medis (detikhealth).
Langganan:
Postingan (Atom)