Banyak sekali penyalahgunaan antibiotik di masyarakat. Hampir setiap penyakit diberi antibiotik, Mungkin perlu penanganan ke berbagai pihak, baik dari dokter maupun apotik sebagai penjual obat. Karena ada beberapa apotik atau toko obat yang dengan mudah melayani pembelian anti biotik walaupun tanpa resep atau dengan coppyan resep. World Health Organization (WHO) (2001), menyampaikan keprihatinan yang tinggi terhadap perkembangan bakteri resisten. WHO pun menyatakan global alert atau perang melawan bakteri resisten. Kecenderungan peningkatan penggunaan antibiotika di Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan penggunaaan obat yang tidak rasional dan akan menghambat penurunan angka morbiditas dan mortalitas penyakit.
Tidak semua orang tahu bahwa antibiotik tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Tak semua orang tahu bahwa bila hal itu dilakukan, akibatnya justru fatal, apalagi hanya untuk penyakit-penyakit ringan. Ibaratnya, ingin membunuh satu orang mestinya cukup dengan pistol, tapi digunakan bom yang bisa menghancurkan penduduk satu kota. Selain tidak tepat penggunaan, dampak yang lebih jauh adalah bakteri dalam tubuh justru menjadi kebal. Bahan antibiotik pertama ditemukan Alexander Fleming pada 1928. Kemudian, pada 1940-an antibiotik mulai digunakan secara luas. Waktu itu, ahli scientist dunia memprediksi, dengan ditemukannya antibiotik, pada 1960-an dunia diprediksi bersih dari penyakit infeksi. Namun, bukannya penyakit infeksi teratasi, justru jenis bakteri baru muncul akibat resistensi terhadap penggunaan antibiotik. Bahkan, pada 1990, di beberapa belahan dunia pernah terjadi post antibiotika era. Suatu keadaan yang antibiotik tidak berfungsi lagi. Diantara 20 jenis antibiotik yang ada, hanya satu yang bisa mengobati penyakit infeksi.Kecuali pada kasus penderita sepsis bakterial membutuhkan terapi antibiotik segera setelah ada kecurigaan sepsis. Selama hasil kultur dan antibiogram belum tersedia, maka harus diberikan antibiotik inisial/ empirik yang didasarkan pada pola kurnan penyebab terbanyak di lingkungan tersebut dan kepekaannya terhadap antibiotic. Pada TB Paru, kini mengganti antibiotik rifampisin dengan rifapentin antibiotik versi takaran tinggi buatan Sanofi-Aventis sebagai rejimen pengobatan tuberkulosis (TB) yang baku dapat mengurangi masa pengobatan dari enam bulan menjadi tiga bulan atau lebih cepat.
Penelitian di dua rumah sakit besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada 2001 menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik secara tidak bijak mencapai 80 persen. Kasus di RSU dr Soetomo, angka resisten terhadap antibiotik lini pertama (penyakit infeksi ringan) bisa mencapai 90 persen dan lini kedua (infeksi sedang) mendekati 50 persen. Dalam disertasinya yang dirilis beberapa waktu lalu, angka bakteri penghasil extended spectrum beta lactamase (ESBL, jenis bakteri yang sulit diobati) mencapai 29 hingga 36 persen. Bandingkan dengan Belanda yang angkanya kurang dari satu persen. Karena itu, bila antibiotik tidak digunakan secara tepat, post antibiotika era diprediksi bisa terjadi pada masa depan. Tingginya penggunaan antibiotik di rumah sakit akan meningkatkan angka resistensi bakteri di tempat itu. Yang pada akhirnya menyulitkan terapi. Bahkan, bakteri lebih mudah mutasi, yang berarti lebih cepat resisten terhadap berbagai antibiotik. Antibiotik adalah obat yang dapat digunakan untuk membunuh kuman, virus, cacing, protozoa, dan jamur. Biasanya, jika mengalami sakit dan disebabkan beberapa hal tersebut, obatnya antibiotik. Tidak hanya itu. Antibiotik dibutuhkan saat seseorang sakit disertai demam. Jika sakitnya tidak disertai demam, belum tentu mereka membutuhkan antibiotic.
Agar tidak sembarangan dalam penggunaannya, sebaiknya masyarakat mengetahui jenis antibiotik. Di antaranya, tetracyclin yang digunakan untuk infeksi, sakit gigi, dan luka. Jenis chloramphenicol digunakan untuk penyakit tifus. Jenis griseofulfin digunakan untuk membunuh jamur serta combantrin untuk membunuh cacing. Ada juga narrow spectrum,yang berguna untuk membunuh jenis bakteri secara spesifik. Antibiotik yang tergolong narrow spectrum adalah ampicillin dan amoxycilin. Jenis kedua ialah broad spectrum untuk membunuh semua jenis bakteri di dalam tubuh. Karena itu, masyarakat harus paham soal antibiotik. Selain itu, sebelum mengonsumsi, harus tahu aturannya. Baik waktu pemakaian maupun dosis. Dengan demikian, pemakaian bisa dilakukan secara tepat dan rasional. Hal itu harus mendapat perhatian dari kalangan medis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar